Oleh: Sutrianingsih
Indonesia, sebuah negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki tanah yang sangat subur. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh subur di Indonesia, mulai tanaman tropis hingga tanaman yang hidup di daerah yang dingin. Salah satu tumbuhan yang tumbuh subur di banyak daerah di Indonesia adalah tembakau. Tembakau adalah salah satu bahan baku utama pembuatan rokok, dimana pada saat ini jumlah perokok di Indonesia setiap hari semakin meningkat. Dengan meningkatnya jumlah perokok di Indonesia, maka secara otomatis kebutuhan akan tembakau juga meningkat. Berdasarkan data Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), hingga tahun 2013 jumlah petani tembakau sebanyak 2,1 juta orang. Dengan jumlah petani tersebut, produksi tembakau nasional mencapai sekitar 120 ribu ton, dengan luas lahan sekitar 160 ribu hektar.
Riset Kesehatan Dasar 2013 Kementerian Kesehatan RI menyatakan perilaku merokok penduduk usia 15 tahun ke atas masih belum terjadi penurunan dari 2007-2013, bahkan cenderung mengalami peningkatan dari 34,2% pada 2007 menjadi 36,2% pada 2013. Menurut penelitian terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), sebuah organisasi riset global di Universitas Washington, jumlah pria perokok di Indonesia meningkat dan menempati peringkat kedua di dunia dengan 57% di bawah Timor Leste 61%. Dalam riset yang juga telah dipublikasikan dalam Journal of The American Medical Association, Januari 2014 itu, menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari 12 negara yang menyumbangkan angka sebanyak 40% dari total jumlah perokok dunia (dikutip dari: bisnis.com, 1 Juni 2014).
Tingkat konsumsi rokok pada anak-anak dan remaja di Indonesia juga tak kalah mengkhawatirkan. Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, mengungkapkan, saat ini terdapat 250 ribu anak dibawah umur dan usia remaja yang menjadi pecandu rokok. Pecandu rokok itu berusia rentang 10-18 tahun.
Berdasarkan data Global Youth Survey tahun 2012, tercatat ada sekitar 239 ribu baby smoker di Indonesia dengan pertumbuhan baby smoker sebesar 16-17 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan konsumsi rokok di Indonesia pada kalangan anak-anak tercepat di dunia (dikutip dari: harianterbit.com, 19 Maret 2015).
Dari data-data diatas bisa di simpulkan betapa rokok saat ini sudah masuk dalam kategori kebutuhan “primer” bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Bahkan saat ini rokok tidak saja dikonsumsi oleh orang dewasa, tetapi tidak sedikit pula anak-anak kecil yang sudah kecanduan rokok. Sangat disayangkan sekali bagaimana bisa anak-anak yang mungkin belum mengerti bahaya dari racun yang terkandung dalam rokok menjadi seorang perokok aktif. Padahal, berbagai penelitian telah membuktikan bahan-bahan berbahaya dalam rokok itu terbukti mengakibatkan banyak kerusakan pada organ tubuh, tak hanya pada perokok melainkan juga orang di sekitar yang ikut menghisap asap rokok.
Dalam sebatang rokok terkandung lebih dari 4000 racun yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Dari 4000 lebih racun yang terkandung dalam sebatang rokok tersebut, nikotin, tar dan karbon monoksida adalah tiga racun utama rokok. Nikotin merupakan zat adiktif yang mem pengaruhi syaraf dan peredaran darah. Sifat nikotin dapat merusak jantung, sirkulasi darah, dan membuat pemakainya kecanduan. Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan dapat menempel pada paru-paru, tar merupakan salah satu penyebabkan kanker. Sedangkan karbon monoksida (CO) adalah senyawa gas yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan sel darah merah mengikat oksigen. Otak dan jantung manusia membutuhkan pasokan oksigen yang cukup, sehingga jika pasokan oksigen berkurang maka tidak akan dapat bekerja dengan sempurna.
Rokok dan asapnya diketahui bisa menyebabkan berbagai macam penyakit yang beberapa diantaranya bahkan terbilang mematikan. Penyakit-penyakit berbahaya yang ditimbulkan oleh rokok diantaranya adalah serangan jantung, kanker paru, kanker kandung kemih, kanker ginjal, kanker payudara, kanker serviks dan penyakit jantung koroner. Beberapa dari penyakit tersebut sebenarnya telah dimasukkan dalam peringatan yang tertulis di setiap bungkus rokok, namun tiap-tiap perokok memiliki alasan sendiri untuk terus menjadi perokok. Beberapa alasan yang sering disebutkan oleh para perokok diantaranya adalah jika berhenti merokok akan menyebabkan dirinya kehilangan kreativitas, jika berhenti merokok akan menyebabkan berat badan naik drastis, jika berhenti merokok maka akan mudah terserang stres dan masih banyak alasan yang lain.
Mereka hanya tersugesti bahwa jika berhenti merokok akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kehilangan kreativitas, dapat menyebabkan meningkatnya berat badan dan sebagainya. Sebenarnya, alasan-alasan yang disebutkan oleh para perokok itu adalah alasan yang tidak masuk akal, karena alasan yang sebenarnya adalah mereka tidak siap untuk menghilangkan suatu kebiasaan yang mereka anggap “enak” tersebut. Jika memang mereka kehilangan kreativitas akibat tidak merokok, itu hanya karena mereka stres akibat tidak merokok, efek “nagih” dari rokoklah yang menyebabkan pikiran-pikiran tersebut muncul.
Ketika para perokok sudah tersugesti dengan hal-hal tersebut, produsen rokok semakin kreatif dan seolah-olah berlomba-lomba melakukan inovasi dalam memproduksi rokok, dengan membuat dan memasarkan rokok-rokok jenis baru (biasa disebut rokok putih atau mild atau light) yang katanya efek negatifnya lebih kecil daripada rokok kretek jaman dahulu. Tidak hanya sebatas memproduksi, para produsen juga semakin gencar melakukan promosi melalui media iklan, menjadi sponsor pada acara-acara besar, hingga mendirikan badan amal, yang semua itu bisa dilihat setiap hari baik di televisi, koran, majalah hingga papan reklame yang besar di jalan-jalan utama disetiap kota. Selain melalui iklan, para produsen juga melakukan penjualan langsung dengan mempekerjakan wanita-wanita muda yang cantik dengan menggunakan baju yang cenderung terbuka untuk menarik minat orang untuk membeli.
Pada akhirnya, hanya kesadaraan dari diri setiap perokok saja yang dapat menghentikan dan mengubah gaya hidup mereka menjadi gaya hidup sehat yang tebebas dari rokok. Karena bagaimanapun pemerintah dan orang-orang disekitarnya memberikan peringatan tentang bahaya dari rokok, mereka tidak akan mendengarkan atau menjalankan saran yang telah diberikan. Harapannya adalah jangan sampai mereka sadar ketika mereka sudah terserang suatu penyakit yang berbahaya dan mengharuskan mereka berhenti merokok, barulah mereka berhenti menjadi seorang perokok. Bagi orang tua yang memiliki anak kecil diharapkan agar dapat memberikan penjelasan tentang bahaya merokok, serta lebih meningkatkan pengawasan terhadap pergaulan anak-anaknya diluar rumah, agar anak-anak mereka tidak menjadi perokok diusia muda ataupun setelah mereka dewasa, dan yang terpenting tidak memberikan contoh yang buruk buat anak-anak mereka, karena anak-anak lebih mudah meniru atau mencontoh perbuatan orang tua mereka.
Perokok adalah orang yang paling mudah terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, oleh karena itu, diharapkan seluruh masyarakat Indonesia tidak berhenti untuk menyerukan bahaya rokok. Semoga semakin banyak orang yang segera sadar tentang bahaya merokok, agar Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih sehat dimasa yang akan datang, dan Indonesia tidak lagi menjadi “surga” bagi produsen rokok.